Sang Pangeran dari Timur dan Kisah Cinta Perjuangan: Review

 

 

Hai, semuanya! Sudah lama banget gue gak posting review buku. Niatnya mau lebih rajin lagi di tahun ini, sih. Tapi ternyata malah lebih sibuk lagi. Jadi, kali ini gue ingin memberikan ulasan pada sebuah buku fiksi-sejarah. Karena bukunya serius banget dan memang sudah gue ulas di salah satu platform baca digital, jadi kali ini gue akan memberikan review dengan bahasa yang serius. Gak nyeleneh juga. Sooo, here is for you.


goodreads.com

Judul        : Pangeran dari Timur
Penulis     : Iksaka Banu dan Kurnia Effendi
Tahun       : 2020
Halaman  : 593 hlm.


Ringkasan Novel


Pangeran dari Timur bercerita mengenai kisah hidup Raden Saleh yang dijuluki Pangeran dari Timur pada masa mudanya. Tidak hanya itu, buku ini juga bercerita tentang kisah cinta dan kehidupan Ratna, Syamsudin, Syafei, dan Pit Liong di abad ke-19. Cerita bermula dari pertemuan Ratna dengan Syamsudin untuk membahas tentang seni lukis, terutama mengenai Raden Saleh. Kemudian cerita dilanjutkan dengan kisah hidup Raden Saleh sejak awal belajar seni lukis dengan seorang Belanda hingga akhir hayat hidupnya. Perjalanan kisah cinta Ratna dan Syam yang tak mudah, idealisme Syafei untuk bangsa, dan kisah hidup Pit Liong juga senantiasa menemani hingga akhir cerita.

Review Buku

[spoiler alert] 

It always take me so long to read historical fiction books.

Tidak jauh berbeda dengan pengalaman saya membaca buku Pangeran dari Timur. Dengan genre fiksi-sejarah, buku ini membawa kita menyelami dua cerita di waktu dan tempat yang berbeda. Di bab awal buku, pembaca disuguhkan dengan cerita seorang pemuda dan gadis yang dipertemukan pada malam tahun baru di abad ke-20. Ratna yang kala itu sangat tertarik dan ingin mendalami seni lukis diperkenalkan dengan Syamsudin, seorang arsitek yang merupakan penikmat seni. Pada jumpa pertama tersebut, mulai tumbuh rasa suka pada rupa dan semangat sang juwita. Tidak disangka, Ratna dan Syam ternyata memiliki persamaan terhadap tokoh seni yang disukai, yaitu Raden Saleh. Karena ingin bertemu, Syam pun selalu mencuri kesempatan berbicara untuk membahas tokoh kebanggaan tersebut. Menariknya, saat sedang asik dengan kisah Ratna dan Syam, saya ternyata diajak untuk mundur 100 tahun sebelumnya. Sempat merasa bingung, namun akhirnya saya sadar bahwa penulis juga membawa kita ke belakang untuk melihat kisah hidup sang Pangeran dari Timur, yaitu Raden Saleh pada abad ke-19. Di mulai saat Raden Saleh berumur sembilan tahun dan berguru di Bogor oleh Tuan Payen.

Pada awalnya, buku ini mungkin akan terasa membosankan. Dengan istilah-istilah rumit yang mungkin bagi beberapa orang akan terasa asing. Namun, disini penulis dengan cermat memainkan alur waktu agar pembaca tidak merasa bosan. Kita diajak bolak-balik untuk memahami sosok Pangeran dari Timur dan juga menyelami romansa hidup Ratna dan Syam. Dengan riset yang mendalam, penulis buku ini juga sangat apik menggambarkan berbagai peristiwa sejarah yang terjadi, seperti Perang Jawa 1825, Pemberontakan PKI tahun 1926, Revolusi Eropa tahun 1848, Kependudukan Jepang tahun 1941, dan peristiwa lainnya. Selain peristiwa, tokoh sejarah lainnya juga banyak disinggung dalam buku ini, seperti Soekarno, Tan Malaka, Vernet, Delacroix, hingga penulis favorit saya Alexandre Dumas yang sempat beberapa kali disebut. Jadi, cerita ini juga tidak melulu tentang Raden Saleh, sang Pangeran dari Timur versi Syam. Ide-ide nasionalis dan komunis, pertentangan mengenai cara berlaku dan memperoleh kemerdekaan juga digambarkan dengan cukup baik, yang tersirat maupun tersurat.

Detail-detail yang begitu runut dan teratur membuat saya kagum sendiri, bagaimana bisa cerita yang membosankan saat saya kuliah bisa menjadi sebuah cerita yang seru dalam buku ini.  Kelebihan lain dalam buku ini menurut saya adalah mampu dengan baik menggambarkan sejarah seni, terutama seni lukis walaupun tidak seluruhnya. Perasaan yang saya dapatkan ketika membaca buku Dan Brown, namun versi Indonesia. Saat membaca buku ini juga kita harus siap tersambung dengan internet agar bisa mencari tahu gambar dari lukisan yang dimaksudkan penulis. Meski begitu, saya tidak merasa kerepotan dengan hal tersebut. Malah banyak memberi wawasan mengenai sosok Raden Saleh dan jiwa seninya.  Kekurangan dari buku ini menurut saya banyak istilah-istilah rumit dan penjelasan dalam dialog yang terasa terlalu detail, sehingga beberapa percakapan terasa kering. Beberapa dialog terlihat seperti penjelasan buku teks atau Wikipedia. Pada pertengahan bab juga cerita mulai membosankan, namun terbantu dengan kejadian-kejadian di abad ke-20 yang tidak banyak menggunakan penjelasan. Selain dari itu, buku ini cukup bagus! Saya beri 4 dari 5 bintang yang ada di dunia. 

Komentar